My Blog

All pictures were captured by my sony camera given by my hubby, kamera pocket yang handy dengan hasil yang memuaskan :)

Rabu, 14 Maret 2012

Merindukan langit biru dan matahari; something taken for granted

Sudah beberapa hari ini langit terus-menerus mendung. Suhupun enggan menanjak ke atas 10 derajat (tapi bukan karena mendung loh suhunya gak naik-naik :p). Meski aku sudah mulai mengganti jaket tebalku ke jaket yang lebih tipis, mengingat suhu tidak lagi minus masih saja aku terus mengeluh kedinginan ( ya iyalah, pake jaket tipis sih :p). Kenapa aku masih saja mengeluh yah? syukur-syukur suhunya sekarang sudah gak minus lagi. Bukankah saat suhu minus, suhu 0 derajat pun sudah kuanggap hangat? Yah beginilah manusia, selalu saja mengeluh, sampe-sampe lupa bersyukur atas banyak nikmat yang telah didapatnya. Kepanasan mengeluh, apalagi kedinginan.


Aku teringat liburan summer kemarin saat pulang ke Indonesia. Hari itu sedang hujan dan suhunya sektar 22 derajat. Orang-orang sudah mengeluh kedinginan, aku hanya bisa tersenyum tipis karena bagiku suhu 22 derajat itu teramat sangat hangat. Ah iya, kita selalu mengambil kenikmatan hidup di daerah yang tropis sebagai sesuatu yang taken for granted. Apa itu taken for granted? Kata guru bahasa inggrisku taken for granted itu sesuatu yang selalu kita nikmati sehari-hari tanpa sadar bahwa itu adalah nikmat. Ah ya ya ya, barulah aku merasakan suhu 22 derajat itu adalah kenikmatan ketika tinggal didekat kutub utara ini, dimana suhu 22 derajat hanya bisa dinikmati paling lama seminggu, iya paling lama loh itu. Jangan kira musim panas akan berarti suhu yang panas selama 3 bulan, ah tidak kawan, tidak seperti itu. Selama ini aku tidak pernah  menyadari bahkan menghargai nikmatnya hidup di daerah tropis, daerah yang merupakan surga bagi negara-negara dingin, karena aku menganggapnya sebagai hal yang biasa saja. 

Apalagi yang selama ini selalu taken for granted? Matahari!. Iya, aku sangat merindukan matahari yang memang terik. Tahukan kau kawan? Matahari disini tidaklah terik. Matahari disini kalaupun sedang tidak tertutupi awan, akan menjadi matahari palsu yang menyilaukan. Iya, mataharinya tetap berkilau kawan, tapi coba saja buka jaketmu, dalam hitungan detik kau akan menggigil kedinginan, ah tak perlulah buka jaket, sedikit angin berhembus saja kau akan bergidik kedinginan. 

Sebenarnya banyak hal yang menjadi taken for granted. Keluarga kita misalnya, karena sehari-hari selalu bersama keluarga kita tidak menyadari betapa berartinya keluarga. Maka disaat jauh dari keluarga, kita akan merasakan keluarga sebagai something taken for granted. Lalu apalagi? banyak kawan, setidaknya yang aku rasakan ketika tinggal disini, Indonesia sesungguhnya adalah syurga, hanya saja orang-orang di dalamnya ada yang tidak sadar sedang berada di dalam syurga, ada yang menjadikannya neraka bagi orang lain dan ada yang menjadikannya neraka untuk dirinya sendiri. Apapun itu, Indonesia dengan segala keruwetannya tetaplah syurga bagiku dan akan selalu begitu. Semoga :). 

Langit biru dan matahari , I miss you...
Groningen, 14 Maret 2012  07.14 PM
**Bergalau ria sebelum ketemu supervisor**

4 komentar:

  1. then come home & feel the sun shines on you. oh but wait, home is where the heart is :)

    BalasHapus
  2. Berarti hidup di bumi Indonesia adalah anugerah ya. Segala sesuatunya diberikan pencipta bumi secara berlimpah.
    Salam kenal mba Idha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mas Alris, iya hanya kadang kita yang tidak sadar klo itu adalah anugrah :)

      Hapus