Pernah dengar istilah daylight saving time (DST)? Saya pertama kali mengenal istilah ini saat jam di laptopku tiba-tiba bergeser sejam dengan sendirinya, meskipun sudah diperingati sebelumnya tentang DST, tapi saya belum ngerti, hehe! Baru nyadar pas tinggal di Belanda, di akhir Oktober 2010 lalu, dapat email dari manager housing (waktu saya masih ngekost di student house) kalau di hari minggu waktu akan bergeser sejam. Dari yang biasanya jam 9 pagi akan menjadi jam 8 pagi. Wah, hari itu saya sih hepi banget, artinya kan tidur nambah sejam tuh huahahaha (dasar tuti; tukang tidur). Barulah saya teringat kembali istilah DST, akhirnya nyadar juga penyebab laptopku selalu otomatis bergeser sejam pada waktu tertentu karena settingannya DST. Waktu itu settingannya masih pake settingan waktu USA meski waktunya udah diubah ngikutin WITA.
Banyak cerita menarik saat pertama kali jam bergeser, ada temanku yang tidak ngeh, jadi pas jam di
laptopnya sudah 'berbaik hati' menggeser jamnya sejam lebih lambat, karena jam laptop gak sama dengan jam dindingnya, diubah deh jam di laptop ngikutin jam dinding, alhasil keesokan harinya dia datang ke kampus sejam lebih cepat, hihihi. Wajar sih, untuk orang Asia seperti kami tidak begitu familiar dengan istilah ini, karena hal yang seperti ini tidak pernah terjadi di negeri kami tercinta.
Jadi di Amerika dan Eropa DST ini sudah sangat umum. Mereka menggeser jam dua kali dalam setahun. Di Belanda dan Eropa pada umumnya menggeser jam pada akhir Oktober dan akhir Maret, sementara di Amerika pergeseran jamnya terjadi pada awal November dan awal Maret. Sehingga periode November hingga Maret itu di kenal sebagai Winter tijd atau Winter Time, sementara Periode April - Oktober disebut sebagai Zomer Tijd atau Summer Time. Imbasnya, klo ada yg nanya Groningen dan Makassar beda berapa jam, jawabannya tergantung waktu itu lgi bulan berapa. Jadi klo si penanya bertanya di bulan April, jawabannya 6 jam, sementara kalau si penanya bertanya di bulan November maka jawabannya 7 jam :).
Nah hari ini, sudah masuk zomer tijd loh, artinya jam bergeser sejam lebih awal, yang kemarin jam 8 pagi sekarang sudah bergeser sejam ke jam 9 pagi (huhhuhu, jadi musti bangun lebih awal, berkurang deh tidur sejam, hiks). Awalnya perubahan ini akan terasa berat karena musti beraktivitas lebih awal, tapi hanya butuh dua hari untuk menyesuaikan diri, setelah itu tidak terasa lagi kalau tiap hari harus bangun lebih cepat, toh waktunya cuma bergeser sekali lalu waktu ini akan berlaku selama 6 bulan ke depan. Makanya pas denger waktu di Indonesia akan disatukan saya gak kaget-kaget amat, kan waktunya hanya bakalan diubah sekali aja abis itu juga akan terbiasa. Orang-orang di Eropa waktunya bergeser dua kali dalam setahun juga gak ngeluh kok.
Lalu gimana imbas perubahan jam ini ke waktu shalat dan puasa? Ya berarti waktu shalat juga berubah, tapi kan sejak dulu waktu shalat itu ngikutin pergeseran matahari, so no problemo lah, tinggal ngikutin pergeseran matahari aja. Kalo di Belanda sih, pas winter tijd waktu shalat magrib jadi lebih cepat karena jam 5 sore matahari udah terbenam, sementara klo pas zomer tijd mataharinya terbenam bisa sampe jam 21.30 malam loh. Jadi ingat pertama tiba di Belanda tahun 2010 kemaren itu pas bulan puasa, jadilah yang di Indonesia cuma puasa 12 jam, saya disini harus puasa lebih dari 16 jam, hohohoho. Perbedaan waktu siang dan malam antara winter tijd dan zomer tijd ini ada keuntungannya loh buat kita-kita para wanita yang hampir tiap tahun puasanya ada yang bolong. Apa itu? Kita bisa mengatur strategi mengganti puasa yang bolong di winter tijd, kan lumayan tuh puasanya kurang dari 12 jam, hihihhihi (a briliant idea, isn't it?).
Trus gimana sih rasanya berpuasa lebih dari 16 jam? Ada yang bilang berat karena kelamaan nahan lapar, ada juga yang biasa-biasa aja. Nah loh, kok bisa sih puasa 16 jam biasa-biasa aja? Klo saya pribadi sih, puasa disini itu agak ringan karena gak kerasa haus. Cuaca disini kan sejuk tuh klo pas summer, biasanya berkisar 12-17 derajat, sekali-kali bersuhu 20-30 derajat, jadi gak kepanasan, kegerahan dan kehausan. Kalo di Indonesia sih sering mengeluh kehausan, eh pas disini malah gak merasa kehausan sama sekali. Cuman ya itu, nunggu sampe jam 9 malam itu kok terasa lama yah, hihihihi. Allah memang Maha Adil, selalu ada kemudahan dibalik kesulitan. Meski puasa disini terasa lebih ringan karena suhunya yang sejuk atau bahkan dingin, namun karena bukan negara yang mayoritas muslim, jadilah godaan makanan itu selalu ada. Restoran tetap buka, bau-bau makanan ada dimana-mana. Teman-teman ngajakin minum teh pas breaktime, kitanya gak bisa karena lagi puasa, dan lain-lain. Tapi serunya, selalu ada acara buka bersama, dengan warga Indonesia di Groningen yang diselenggarakan oleh DeGromiest (De Groningen Moeslim Society) sekali sepekan. Hidangannya tentu saja makanan Indonesia dari seluruh nusantara. Wisata kuliner gratisan nih, hihihi.
Trus kenapa sih orang-orang Eropa ini ngubah jamnya dua kali dalam setahun? Klo menurut saya nih, mungkin karena lamanya waktu siang pada zomer tijd ini beda dengan waktu siang pada winter tijd. Pas winter tijd waktu sengaja diubah sejam lebih lambat karena matahari juga nongolnya lebih lambat. Jam 9 pagi itu masih terasa seperti jam 5 subuh loh di Indonesia kalo pas winter tijd, sementara pas zomer tijd matahari nongol lebih cepat, makanya dicepetin waktunya sejam. Eh tapi loh yah, meski jam 9 itu masih serasa jam 5 subuh, tetap aja orang-orang londo rajin ngantor, bahkan ada yang datang lebih cepat, huhuhu. Sesuatu banget yah? (Syahrini mode ON) Klo saya, melihat langit masih gelap kok bawaannya pengen molor di balik selimut aja. Salut deh ma orang-orang londo ini. Mereka sudah terbiasa bekerja berdasarkan waktu bukan berdasarkan matahari, sementara saya, kalau gelap ya bawaanya ngantuk dan pengen tidur, hehe...
Udah dulu yah ulasan mengenai perubahan waktu ini, nantikan ulasan saya yang lainnya (halah, serasa punya banyak pembaca aja ;)). Kalau tertarik untuk tau lebih banyak tentang DST, baca disini aja yah.
Terima kasih sudah mampir dan sudi membaca postingan ini hingga selesei, jangan lupa tinggalkan komentarnya yah :).
Groningen, 25 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar