My Blog

All pictures were captured by my sony camera given by my hubby, kamera pocket yang handy dengan hasil yang memuaskan :)

Sabtu, 25 Februari 2012

Sepeda-sepedaku : Si Merah!

Selama satu setengah tahun di Belanda aku sudah punya 3 sepeda loh. Ini kisah tentang sepeda pertamaku :

Bersepeda ke Haren
Ini dia "Si Merah", sepeda pertamaku. Karena belum berani memakai sepeda yang tinggi dan besar, jadilah aku membeli sepeda untuk anak kecil ini, selain karena harganya juga murah sih.  Sepeda ini sempat menemaniku selama dua bulan. Tempat terjauh yang pernah ditempuhnya adalah ke Haren, saat aku menemani dua sahabatku untuk menengok kampus Biologi mereka di Haren. Awalnya, tidak ada masalah dengannya. Si Merah ini selalu menemaniku ke kampus dan ke pasar. Tapi lama kelamaan rantainya menjadi menjadi longgar dan sering lepas. Apesnya lagi, rantai Si Merah ini pernah lepas di saat yang sangat penting, di saat aku akan menghadapi ujian perdana dalam bahasa Inggris di Belanda ini. Kisahnya bisa dibaca dipostingan saya sebelumnya. Jadilah Si Merah masuk bengkel dan harus bayar 16 eur untuk biaya reparasi (16 eur bo', hampir 200 rebo bo'... gileee mahal amirrr). Beberapa hari memakai Si Merah aku mulai merasa kurang nyaman, karena sadelnya terlalu pendek, sehingga lututku pada saat mengayuh selalu tertekuk, dan ini membuatku cepat kelelahan bila mengayuh. Kelebihannya untuk aku yang tinggi badannya masih seperti anak-anak SMP (wajahnya juga loh! hihihihi, narsis:p) , saat sepeda berhenti aku bisa langsung memijakkan kakiku ke tanah, tanpa harus turun dari sadel. Tapi kekurangannya ya itu tadi, bikin lutut pegel. Jadilah aku mencari gantinya, hehehe...

Eh masih ada satu cerita tentang Si Merah ini yang bikin aku pengen cepet-cepet punya sepeda baru. Suatu hari aku merasa kalau ban depan Si Merah ini kempes. Jadilah aku memompa, tapi kok kayaknya gak ada perubahan. Aku pun menyuruh temanku mengecek, tapi katanya ban-nya baik-baik saja. Baiklah mungkin cuma perasaanku saja. Kembali aku mengayuh Si Merah ke kampus, ke pasar dan ke kamar, tapi kok aku masih merasa kalau ban depannya kempes yak? Keesokan harinya, seperti biasa aku ke kampus, lalu pulang, diperjalanan pulang, aku merasa semakin berat mengayuh Si Merah ini, aku pikir mungkin karena ban-nya kempes. Jadilah aku berhenti, mengeluarkan pompa dan memompa ban depan. Tapi apa yang terjadi?? Ban depan Si Merah gak bisa dipompa, bahkan anginnya jadi keluar semua, hiks... Berkali-kali dipompa tetap aja ban-nya gak berisi, hua..huaaaa..... Akhirnya aku pulang, berjalan kaki sambil menuntun Si Merah ini. Beberapa meter dari flat ku, ada reparasi sepeda yang memberikan servis pompa gratis. Jadilah aku singgah, dan memompa ban depan Si Merah. Alhamdulillah, akhirnya Si Merah bisa dikayuh lagi. Dengan hati senang aku mengayuh Si Merah menuju flat yang tinggal beberapa blok lagi, tiba-tiba "duerrrrrr", ban depan Si Merah meletus, aku kaget dan langsung lemas. Kembali menuntun Si Merah menuju flat, memarkirnya untuk selamanya.

Entah bagaimana nasib Si Merah sekarang, saat pindah ke Planetenlaan 459, aku tidak membawanya. Entah  ada yang mengambilnya, ataukah tetap terparkir di sana. Entahlah....

***Nantikan kisah sepeda-sepedaku selanjutnya ya.... :)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar